Agama dan Perubahan Sosial

AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL
Disampaikan oleh Aep Sy Firdaus
pada Khutbah Idhul Fitri di Masjid As-Siraj Patal Cipadung Bandung
Tanggal 24 Oktober 2006

Maasyiral Muslimin Jamaah Id Rahimakumullah.

Marilah dalam suasana yang damai dan khusyu ini, kita gunakan untuk lebih memantapkan kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Alloh SWT. Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak dimuka bumi ini. Seraya kita banyak melakukan takbir, tahmid dan tahlil, agar hidup kita tidak tersesat dan terjerumus dalam kehidupan yang dimurkai Allah Rabbul alamin. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah saw, figur teladan yang patut kita ikuti jejak-jejak hidupnya dalam kehidupan didunia ini.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah id yang dimuliakan Alloh
Idul Fitri bisa memiliki banyak makna bagi tiap-tiap orang. Ada yang memaknai Idul Fitri sebagai hari yang menyenangkan karena tersedianya banyak makanan enak, baju baru, banyaknya hadiah, dan lainnya. Ada lagi yang memaknai Idul Fitri sebagai saat yang paling tepat untuk pulang kampung dan berkumpul bersama handai tolan.
Bahkan sebagian lagi rela melakukan perjalanan yang cukup jauh untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, dan berbagai aktivitas lain yang bisa kita saksikan.
Namun tidak sedikit juga yang memaknai Idul Fitri sebagai momen yang sangat menakutkan, karena mereka dihadapkan kepada berbagai kebutuhan makanan yang enak, baju baru, budaya mudik dan lain sebagainya.
Barangkali hanya sedikit yang mau untuk memaknai Idul Fitri sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam “memaknainya”. Idul Fitri memang hari istimewa. Secara syar’i pun dijelaskan bahwa Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam selain Hari Raya Idul Adha. Karenanya, agama inipun membolehkan umatnya untuk mengungkapkan perasaan bahagia dan bersenang-senang pada hari itu.
Sebagai bagian dari ritual agama, prosesi perayaan Idul Fitri sebenarnya tak bisa lepas dari aturan syariat. Ia harus didudukkan sebagaimana keinginan syariat. Bagaimana masyarakat kita selama ini menjalani perayaan Idul Fitri yang datang menjumpai? Secara lahir, kita menyaksikan perayaan Hari Raya Idul Fitri masih sebatas sebagai rutinitas tahunan yang memakan biaya besar dan juga melelahkan. Kita sepertinya belum menemukan esensi yang sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri sebagaimana yang diinginkan syariat.
Bila Ramadhan sudah berjalan 3 minggu atau sepekan lagi ibadah puasa usai, “aroma” Idul Fitri seolah mulai tercium. Ibu-ibu pun sibuk menyusun menu makanan dan kue-kue, baju-baju baru ramai diburu, transportasi mulai padat karena banyak yang bepergian atau karena arus mudik mulai meningkat, serta berbagai aktivitas lainya.

Semua itu seolah sudah menjadi aktivitas “wajib” menjelang Idul Fitri. Untuk mengerjakan sebuah amal ibadah, bekal ilmu syar’i memang mutlak diperlukan. Bila tidak, ibadah hanya dikerjakan berdasar apa yang dia lihat dari para orang tuanya saja. Tak ayal, bentuk amalannya pun menjadi demikian jauh dari yang diinginkan syariat. Demikian pula dengan Idul Fitri. Bila kita paham bagaimana bimbingan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah ini, tentu berbagai aktivitas yang selama ini kita saksikan bisa diminimalkan. Beridul Fitri tidak harus menyiapkan makanan enak dalam jumlah banyak, tidak harus beli baju baru karena baju yang bersih dan dalam kondisi baik pun sudah mencukupi, tidak harus memaksakan diri mudik karena bersilaturahim dengan para saudara yang sebenarnya bisa dilakukan kapan saja, dan sebagainya.



Allohu akbar 3X walillahilham
Kaum muslimin jamaah Id yang dimuliakan Alloh
Idul Fitri merupakan salah satu aktivitas ummat Islam yang ke khasannya mudah disaksikan sebagai bentuk kegiatan keagamaan.
Sebagai aktivitas keagamaan yang khas, sebagian kalangan menilai, seolah-olah hanya menjadi kekuatan moral dan menjadi alat legitimasi bagi kaum mustad’afin yang tak mampu bangkit dari ketertindasannya. Persoalan kemiskinan, ketimpangan sosila-budaya, marginalisasi dan eksploitasi dianggap hal yang given. Hal ini bersandar pada rasionalisasi bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah menjadi taqdir Tuhan sejak zaman Azali.
Meminjam istilah Moh.Abduh bahwa penggunaan teologi jabariyah tersebut telah membuat umat Islam menjadi stagnan dan tidak progresif, di mana akal dan kedaulatan manusia diletakkan dibawah teks dan kehendak Tuhan. Padahal jika umat Islam mau, maka dapat mempelajari bagaimana hebatnya perjuangan Rasulullah saw ketika melakukan pembebasan budak-budak dari belenggu pemiliknya.
Ajaran tauhid dalam konsepsi Nabi Mohammad saw erat kaitannya dengan perubahan sosial dari tatanan yang ekploitatif menuju tatanan yang berkeadilan. Namun, nampaknya kegagapan, serta kekakuan dalam mengkontekstualisakan teks, telah membuat agama kehilangan substansinya dari semangat perubahan sosial.

Allohuakbar 3 X walillahilhamdu
Jamaah Id Rohimakumulloh
Selama ini, elit keagamaan hanya sibuk dengan persolalan ritual-transendental semata, demi mencapai surganya Tuhan. Nampaknya, seolah-olah tidak ada lagi kesempatan bagi kaum masakin, bodoh dan orang terbelakang untuk masuk surga, sebab kemiskinan yang menderanya, telah membuatnya lalai untuk menjalalankan perintah-Nya.

Padahal agama adalah cara untuk memahami dunia, akan tetapi realitas yang terjadi justru kita lebih asyik sendirian dengan Tuhan. Sehingga marginalisasi, eksploitasi kemanusiaan oleh kelas dominasi tidak lagi dimaknai sebagai pengingkaran dari pesan-pesan agama, dan telah dianggap menjadi hal yang biasa dalam kehidupan ini.

Mestinya, marginalisasi dan penindasan bagi kaum mustad’afin dijadikan prioritas bagi kita kaum muslimin untuk melakukan perubahan dengan semangat iman dalam bentuk amal. Hal ini sesuai dengan anjuran Alloh untuk selalu berlomba-lomba dalam kebajikan (Fastabiqul Khoerot).
Keshalehan personal terhadap Tuhan tidak akan mampu membendung arus penindasan dan marginalisasi oleh kelas dominasi terhadap kaum mustad’afin. Sejatinya, keshalehan ini diwujudkan dalam interaksi dan sistem sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Allohuakbar 3X walillahilhamdu
Jamaah Id yang dimuliakan Alloh
Jika agama tidak menjadi sumber perubahan, maka agama hanya akan menjadi sesuatu yang formal tanpa memiliki makna yang signifikan dalam kehidupan manusia, bahkan lebih tragis, secara lambat laun agama akan ditinggalkan oleh penganutnya.

Agama lahir bukan diruang hampa, kelahiran agama sebagai respon dari realitas sosial yang menindas. Maka paradoks sekali, ketika orang yang mengaku taat beragama justru mengingkari pesan agama.

Secara historis agama hadir untuk memerangi ketidakadilan yang dilakukan oleh kelas penguasa. Seperti halnya agama yang dibawa Musa as, ini tidak lain semata-mata untuk menggugat dan memerangi ketidakadilan dan penindasan yang dilakukan Fir’aun terhadap rakyatnya.

Begitu juga dengan Islam, kiranya "rahmatal lilalamin" tidak akan berarti apa-apa ketika tidak mampu memecahkan persoalan kemanusiaan. Inipun menjadi ahistoris dari kelahirannya, karena agama Islam yang dibawa Nabi Mohammad saw hadir ditengah-tengah realitas sosial yang timpang dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Maka, keterlibatan agama Islam dalam ranah sosial-politik menjadi mutlak adanya.

Ketika agama berusaha didefinisikan sebagai sebuah komunitas iman, bisa disebut sebagai agama manakala memiliki delapan unsur pokok di dalamnya. Salah satu unsur pokok itu adalah keterlibatan agama dalam kehidupan sosial politik (involvement in social and political contexts). Maka, tak dapat dipungkiri bahwa semua agama yang ada di dunia mempunyai keterlibatan sosial dan politik, dimana perubahan menjadi inspirasi bagi setiap agama.

Penelitian Syaiful Mujani menjadi analisa kritis terhadap substansi iman, karena kualitas iman yang diderivasikan ke dalam keshalehan ritual, seperti menjalankan perintah agama (sholat, puasa, haji, zakat) tidak serta merta mengindikasikan keshalehan sosial. Justru, sebaliknya banyak dari responden yang shaleh secara ritual malah mengartikulasikan sikap yang bertolak belakang dari implikasi sosial yang semestinya diharapkan.

Iman dan amal menjadi mata rantai yang harus sinergis, oleh karena itu keduanya tampil menjadi meanstream dalam sebuah perubahan sosial.

Allohuakbar 3 X walillaahilhamdu
Akan sulit kiranya, sebuah perubahan jika iman hanya disandarkan pada keshalehan vertikal (mahgdah) tanpa dibarengi dengan keshalehan social (horizontal) yang lebih memihak kepada persoalan kemanusian. Inti dari iman tidak cukup percaya kepada Tuhan, namun iman bisa berfungsi untuk memerangi ketidakadilan dan pembebasan manusia,

DR Moeslim Abdurrahman melontarkan ide cemerlangnya mengenai "Teologi Islam transformatif". Di mana Islam transformatif adalah Islam yang membuat distingsi dengan proses modernisasi atau modernitas, karena di dalam proses modernisasi itu banyak orang yang semakin tidak perduli terhadap persoalan perubahan atau proses sosial yang semakin memarginalkan orang-orang yang tidak punya akses dengan pembangunan

Penindasan dan pemarginalan terhadap kau duafa’ dan masakin ini sering dilakukan oleh kelas-kelas dominan. Pun, elit keagamaan menjadi bagian dari proses dehumanisasi ini.

Bersandar pada realitas seperti itu, maka Idhul Fitri kali ini dapat menjadi momen yang tepat untuk menghadirkan agama Islam sebagai rahmatalilalamin bagi seluruh umatnya dan menjadi alat untuk menghadang dan membendung kemungkaran sosial.

Renungan-renungan
Kita sering merasa betapa besarnya nilai uang kertassenilai Rp.100.000, apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi kita merasa betapa kecil nilainya kalau kita membawanya ke Mall untuk dibelanjakan!Betapa lamanya menghadap Alloh walau hanya limabelas menit melalui Sholat namun terasa singkatnya kalaukita melihat film atau berita gossip.Betapa sulitnya untuk mencari kata-kataketika berdoa kepada Alloh, namun betapa mudahnyakalau mengobrol atau bergosip dengan temantanpa harus berpikir panjang-panjang.Betapa asyiknya apabila pertandingan sepakbola
diperpanjang waktunya, namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebihlama sedikit daripada biasa.Betapa sulitnya untuk membaca satu lembarAl-qur'an namun betapa mudahnya membaca 100halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depandalam pertandingan atau konser namunkita lebih senang duduk di barisan paling belakang dimasjidBetapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.Betapa sulitnya untuk menyediakan waktuuntuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnyamenyesuaikan waktu dalam sekejap padasaat terakhir untuk event yang menyenangkan.Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yangterkandung di dalam al qur'an; namunbetapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosipyang sama kepada orang lain.
Betapa mudahnya kita mempercayai apayang dikatakan oleh koran namun betapa kitameragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.Betapa banyaknya orang ingin masuk sorgadengan tidak perlu beriman dan berpikir,
atau tidak merasa perlu berbuat apa-apa.






DO’A

Jamaah Id yang dimuliakan Alloh
Sebelum kita berdo’a bersama marilah kita bersama-sama membaca istighfar 3 kali, untuk membuka pintu do’a ke hadirat Alloh swt.

Ya Alloh, ya Rohman, ya Rohiim
Kami berkumpul di tempat ini, semata-mata karena kehendakMu ya Alloh. Untuk mensyukuri ni’mat yang telah Engkau berikan kepada kami. Salah satunya adalah ni’mat Iman dan Islam serta ni’mat usia, sehingga kami masih diberi kesempatan menyambut hari fitri ini, sementara banyak orang lain yang tahun lalu masih dapat mengikutinya tapi tahun ini telah dipangil olehMu ya Alloh

Kami panjatkan syukur atas ni’mat yang telah Engkau limpahkan kepada kami. Engkau telah melimpahkan kepada kami, bibit-bibit mujahid, mujaddid, dan mujtahid, yakni para inteletektual muda, yang lahir dari masyarakat yang sedang memperkuat keimanannya.

Allohumma ya Ghafuur
Di hari raya idhul fitri yang berbahagia ini. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa ibu bapak kami, sayangilah keduanya itu ya Rabbi, seperti keduanya membuai sayang kepada kami di waktu kecil.

Ya Alloh ya Rohman ya Rohiim
Ampunilah guru-guru kami, lantaran mereka telah mengorbankan segala-galanya dalam mengantarkan kami kepada kehidupan yang lebih mulia, dengan ilmu pengetahuan yang kami miliki

Allohumma rabbana
Terimalah ibadah kami, dan jadikanlah ibadah kami itu sebagai sarana kami meningkatkan ketaqwaan kepada Mu ya Alloh. Sebagai sarana untuk memperkokoh ketauhidan dan menghilangkan kemusyrikan.

Ya Alloh ya Rohman ya Rohiim
Lembutkanlah hati kami, untuk dapat merasakan kepedihan orang lain, kepedihan saudara-saudara kami khususnya yang sedang ditimpa musibah. Gerakkanlah hati dan akal kami untuk dapat mentafakkuri musibah itu, dan menjadikannya sebagai sarana menolong orang lemah yang tak berdaya. Kuatkanlah dana dan daya kami untuk dapat melaksanakan segala keinginan baik ini ya Rabbi.




Ya Alloh ya Rohman ya Rohiim
Engkaulah yang memiliki karunia, Engkaulah yang mampu mewujudkan keinginan dan Engkaulah yang Gagah Perkasa yang melindungi dan membimbing perjuangan kami. Oleh sebab itu ya Alloh lindungilah kami, bimbinglah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalannya para Nabi dan Shalihin. Cegahlah kami dari menjalani kehidupan orang-orang yang sesat dan dimurkai Mu.

Ya Alloh ya Rohman Ya Rohiim
Kami ini akan buta jika tanpa penglihatan yang Engkau berikan
Kami ini akan tuli jika tanpa pendengaran yang Engkau berikan
Kami ini akan bisu jika tanpa alat ucap yang Engkau berikan
Oleh sebab itu yang Alloh, berikanlah kepada kami alat penglihatan, alat pendengaran dan alat pengucapan yang bermanfaat di dunia dan akhiran.

Ya Alloh ya Rohman Ya Rohiim
Kami ini akan sesat tanpa petunjukMu ya Alloh
Kami ini akan gelisah tanpa hidayahMu ya Alloh
Kami ini akan menjadi lemah tanpa kekuatanMu ya Alloh
Oleh sebab itu ya Alloh berikanlah kepada kami petunjukMu, hidayahMu dan kekuatanMu, agar kami dapat lebih mendekatkan diri kepadaMu


Ya Alloh ya Rohman ya Rohiim
Berilah hidayah dan taufiq, pada pimpinan negara dan masyarakat kami. Bila mereka lemah, maka kuatkanlah. Bila mereka keliru, luruskanlah. Bila mereka hilap, ingatkanlah. Bila mereka penuh kekurangan, tambahlah kemampuannya. Karena ya Alloh mereka adalah manusia-manusia biasa, yang lemah, yang mungkin keliru dan khilaf sebagai salah satu sifat kemanusiaannya.

Ya Alloh ya Rohman Ya Rohiim
Kabulkanlah segala do’a dan harapan kami, amiin